Di abad ini, perkembangan teknologi terus melesat mengikuti kebutuhan manusia yang semakin beragam. Salah satu industri yang memiliki kemungkinan besar akan tetap berkembang di masa depan adalah industri nikel. Didukung oleh perkembangan mobil listrik, industri nikel sebagai bahan baku utama kendaraan listrik dapat dikatakan akan ikut terdampak positif.

Indonesia merupakan negara yang memiliki cadangan nikel terbanyak di dunia. Hal ini membuat Tesla Inc sebagai produsen mobil listrik asal Amerika Serikat (AS) tertarik untuk melebarkan sayapnya di Indonesia. Setelah diajak oleh pemerintah Indonesia untuk melihat peluang investasi pengembangan kendaraan listrik di Indonesia, CEO Tesla, Elon Musk, menanggapi positif tawaran tersebut dan hendak mengirimkan timnya ke Indonesia untuk melihat peluang kerja sama pada Januari ini.

Dilansir dari antaranews.com, Tesla berencana akan membangun pabrik baterai di Indonesia, di mana baterai listrik merupakan komponen utama dan termahal bagi sebuah mobil listrik. Tesla menilai Indonesia bisa menjadi pusat manufaktur kendaraan listrik di Asia Tenggara.

Isu yang sudah berkembang sejak awal Oktober 2020 ini juga menimbulkan dampak baik terhadap berbagai emiten perusahaan nikel yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Besarnya harapan investor akan potensi perusahaan nikel ini bahkan berhasil membuat indeks pertambangan tumbuh 23.69%, meskipun IHSG tercatat turun 5.09% di tahun 2020.

Perusahaan yang memproduksi nikel, yaitu PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM), PT Vale Indonesia Tbk. (INCO), dan PT Pelat Timah Nusantara Tbk. (NIKL), naik signifikan sejak berita tersebut muncul dan membawa berkah bagi investor yang telah memiliki saham tersebut pada 2020. Tidak berhenti di tahun 2020, euforia kenaikan saham perusahaan penghasil nikel ini juga berlanjut di awal tahun 2021. Tercatat sejak tanggal 1 hingga 13 januari 2021, saham ANTM mencatatkan kenaikan  58.30%, INCO 27.88%, dan NIKL 13%.

PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) mengalami kenaikan yang sangat signifikan karena mendapat sentimen positif terkait rencana pemerintah untuk membentuk sub holding BUMN baterai EV. BUMN yang tergabung, antara lain MIND ID, PT Aneka Tambang Tbk., PT PLN (Persero), dan PT Pertamina (Persero). Proyek utama sub holding tersebut adalah pabrik baterai untuk kendaraan listrik.

Perkembangan terakhir menyebutkan bahwa Pemerintah Indonesia sudah melakukan penandatanganan Nota Kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) dengan LG Energy Solution untuk membangun pabrik baterai senilai 9,8 miliar USD atau sekitar Rp142 triliun. Seperti yang diketahui, kedua perusahaan ini menguasai 55% pasar baterai dunia. Oleh karena itu, dapat dikatakan industri ini ke depannya terlihat sangat prospektif.

Lantas, bagaimana valuasi kedua perusahaan tersebut saat ini?
Per 13 Januari 2021, tercatat ANTM memiliki P/E ratio sebesar 67.28x dan PBV 3.96x. INCO tercatat memiliki P/E ratio 43.63x dan PBV 2.19x. Sementara, NIKL tercatat memiliki -202.89x dan PBV 6.44x. Berdasarkan kinerja annualized 9M20, nampaknya sudah terlampau mahal, bukan? Namun, kenaikan harga ketiga emiten tersebut masih mungkin dapat terjadi ke depan karena prospek baterai listrik dan meningkatnya permintaan pasar akan saham perusahaan.

Meskipun masih memiliki potensi untuk terus naik, tetap jangan lupa harga ketiga saham tersebut sudah naik cukup tinggi hanya dalam waktu satu tahun terakhir. Tetap jeli, jalankan sesuai rencana dan jangan mudah terlena, oleh saham yang sedang naik terus!

Happy Investing!

“Be a Smart Investor with Phillip Sekuritas Indonesia”

* Disclaimer ON

(Penulis: Ester Lidya Norisa - Januari 2021)

 

Baca artikel lainnya:
Cara Terbaik Mengoptimalkan Dana Investasi Anda
Investasi Berkala di Harga Terbaik dengan DCA
Mengenal 10 Jenis Reksa Dana di Pasar Modal Syariah