|
|
KINERJA CIAMIK SEKTOR PERKEBUNAN |
||||||
 | ||||||
Tanggal 2 Maret 2021 kemarin menjadi peringatan satu tahun perjalanan Indonesia menghadapi pandemi COVID-19. Pandemi yang membuat roda perekonomian Indonesia tersendat dan menyebabkan banyak perusahaan mengalami penurunan pendapatan dan laba bersih. Sektor komoditas merupakan salah satu industri yang cukup terkena dampak buruk karena adanya pembatasan ekspor serta penurunan aktivitas ekonomi dan konsumsi masyarakat Indonesia. Kondisi ini tercermin dari penurunan kinerja perusahaan pertambangan yang cukup signifikan pada semester 1 tahun 2020. Tidak hanya pertambangan, penurunan permintaan impor dari berbagai negara yang menjadi tujuan ekspor Indonesia juga membuat kinerja sektor komoditas menjadi tertekan. Kinerja perusahaan komoditas, baru mengalami perbaikan pada kuartal 3 dan 4 karena adanya relaksasi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) oleh pemerintah Indonesia. Namun, tahun 2020 berhasil dilewati emiten yang ada di industri perkebunan dengan cukup baik. Minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil [CPO]) yang merupakan komoditas utama sektor perkebunan masih tercatat mengalami kenaikan harga jual, meskipun volume ekspor CPO Indonesia mengalami penurunan sebesar 9,1% dibanding tahun sebelumnya. Kenaikan harga jual CPO ini disebabkan karena meningkatnya permintaan konsumsi CPO untuk produksi oleokimia sebagai akibat dari meningkatnya permintaan sabun dan disinfektan. Permintaan CPO untuk produksi oleokimia tahun 2020 menjadi 1,6 juta ton, tercatat meningkat tajam sebesar 60,5% YoY. Selain itu, adanya kebijakan penerapan biodiesel di dalam negeri juga meningkatkan penyerapan minyak sawit mentah lokal pada segmen produksi biodiesel sehingga permintaan CPO mengalami kenaikan sebesar 23,9% YoY. Secara keseluruhan, konsumsi CPO domestik meningkat sebesar 3,6% YoY, menjadi 17,35 juta ton di tahun 2020. Emiten perkebunan yang telah merilis laporan keuangannya tercatat mengalami lonjakan laba bersih di tengah kondisi pandemi COVID-19 di tahun 2020. Kenaikan harga CPO membuat nilai rata-rata harga jual CPO emiten mengalami kenaikan, meskipun produksinya mengalami penurunan. Berikut ringkasan kinerja perusahaan perkebunan.
Tidak hanya itu, Tim Research Phillip Sekuritas Indonesia memprediksi kinerja baik emiten perkebunan pada 2020 akan terus berlanjut hingga 2021 ini, sejalan dengan pemulihan ekonomi global. Selain itu, akan terjadi peningkatan produksi CPO yang diiringi dengan kembalinya permintaan dari konsumen terbesar CPO dunia, yaitu India dan Malaysia. Dari dalam negeri sendiri, kebijakan pemerintah untuk mendorong peningkatan konsumsi domestik CPO dilakukan dengan menerapkan biodiesel secara bertahap, yakni B20 pada 2019, B30 pada 2020, dan B40 yang akan dilaksanakan pada 2021. Melihat adanya pertumbuhan yang cukup pesat pada industri perkebunan, meskipun terjadi pandemi COVID-19, merupakan hal menarik untuk diperhatikan ke depannya. Tentunya kinerja perusahaan yang baik akan tercermin juga pada peningkatan harga saham perusahaan di waktu yang akan datang. Jadi bagaimana? Apakah teman-teman investor tertarik untuk memiliki perusahaan kelapa sawit ini, atau bahkan sudah memilikinya? Sebagai investor yang baru ingin membeli saham perusahaan CPO atau pun telah memilikinya, tetap jangan lupa perhatikan fundamental perusahaan, valuasi, serta kondisi teknikal saat ini ya! Kalau teman-teman investor ingin mendapatkan ide investasi dan perspektif mengenai kondisi perekonomian, pasar, dan saham Indonesia, Tim Research Phillip Sekuritas Indonesia menawarkan pengetahuan lokal dan mendalam terkait hal ini dengan menggunakan analisis serta keahlian dari berbagai sektor industri. Hasil analisis Tim Research Phillip Sekuritas Indonesia dapat Anda akses melalui menu Research di sini atau pun melalui aplikasi POEMS ID. Happy investing dan salam cuan! “Be a Smart Investor with Phillip Sekuritas Indonesia” (Penulis : Michael Filbery & Stefanus Adrian Chandra Wijaya - Maret 2021)
Baca artikel lainnya: |
||||||
|
||||||
|
|
|
||||||||||||||||||||||||||
|
