Mungkin kamu sudah mendengar kabar bahwa PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebagai emiten dengan kapitalisasi pasar terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI) berencana melakukan stock split dengan rasio 1:5. Aksi korporasi ini tentunya akan mempengaruhi jumlah saham BBCA yang beredar.
Jumlah saham BBCA yang sebelum stock split berjumlah 24,65 miliar saham, akan menjadi 123,27 miliar saham setelah stock split. Sementara itu, nilai nominal saham BBCA yang sebelum stock split sebesar Rp62,5 per lembar saham, akan menjadi Rp12,5 per lembar saham setelah stock split.
Lalu, apa sebenarnya stock split itu?
Stock split adalah aksi korporasi yang dilakukan untuk memecah harga saham dengan rasio tertentu. Contonya BBCA yang dikabarkan akan melakukan stock split dengan rasio 1:5, artinya nilai nominal sahamnya dibagi menjadi 5, dengan perhitungan Rp62,5 per lembar saham dibagi 5 menjadi Rp12,5 per lembar saham.
Meskipun harga saham setelah dilakukan stock split menjadi lebih kecil, jumlah lot sahamnya menjadi 5 kali lebih besar. Jadi, bagi yang sudah memiliki saham BBCA sebelum dilakukan stock split, jumlah lot kepemilikan sahamnya akan bertambah 5 kali lipat setelah stock split dilakukan.
Stock split dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan likuiditas perdagangan saham BBCA di BEI karena harga saham BBCA akan menjadi lebih terjangkau bagi para investor ritel, termasuk demografi investor muda, sehingga diharapkan akan meningkatkan jumlah pemegang saham perusahaan dan membuat transaksinya menjadi ramai kembali.
Jadi, dengan dilakukannya stock split, investor mendapat keuntungan dari harga saham yang terjangkau dan porsi kepemilikan saham menjadi lebih banyak. Sedangkan, emiten mendapat keuntungan dari saham yang menjadi lebih likuid dan frekuensi transaksi yang dilakukan oleh para pelaku pasar menjadi meningkat.
Dengan harga saham BBCA yang telah merosot sekitar 11,82% secara year-to-date (ytd), stock split ini bisa menjadi suatu katalis positif untuk saham BBCA yang bisa dikoleksi oleh investor ritel. Stock split akan membuat harga saham BBCA menjadi lebih murah, meski jika dibandingkan dengan saham bank BUKU IV lainnya masih terbilang mahal secara nominal.
Harga saham BBCA akan bersaing dengan harga big four bank lainnya, seperti PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) yang diperdagangkan di kisaran harga Rp3.890 per lembar saham, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) yang diperdagangkan di kisaran harga Rp 5.800 per lembar saham, dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) yang diperdagangkan di kisaran harga Rp5.325 per lembar saham. (Data diambil per [24/08/21])
Bagaimana dengan prospek BBCA?
Berdasarkan hasil riset dari Research Team Phillip Sekuritas Indonesia, di tengah pandemi yang telah berlangsung lebih dari setahun, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) ternyata mencetak kinerja keuangan yang solid sepanjang semester I-2021. BBCA dan entitas anak mencatatkan laba bersih senilai Rp14,45 triliun sepanjang semester I-2021, tumbuh 18,1% secara Year on Year (YoY) dibandingkan posisi yang sama senilai Rp 12,24 triliun per akhir Juni 2020.
Pendapatan operasional perusahaan tumbuh 2,4% secara YoY, dari Rp37,57 triliun menjadi Rp38,48 triliun. Begitu juga dengan pendapatan bunga bersih yang naik 8,8% secara YoY, dari Rp27,24 triliun menjadi Rp28,27 triliun. Sedangkan, pendapatan non-bunga terkoreksi 1,2% secara YoY, dari Rp10,32 triliun menjadi Rp10,21 triliun.
Tidak hanya itu, total kredit BBCA stabil di angka Rp593,6 triliun pada Juni 2021, didukung oleh segmen korporasi, Kredit Pemilikan Rumah (KPR), dan kartu kredit.
Kredit korporasi naik 1% secara YoY menjadi Rp260,4 triliun pada Juni 2021. Begitu juga dengan KPR yang meningkat 2,9% menjadi Rp93,6 triliun sebagai hasil dari pelaksanaan BCA Online Expoversary pada Maret 2021, di mana sebagian besar kredit tersebut dibukukan pada kuartal kedua tahun ini. Saldo outstanding kartu kredit juga berhasil mencatatkan pemulihan dengan naik sebesar 4,5% secara YoY menjadi Rp14,0 triliun.
Namun, kredit komersial dan Usaha Kecil Menengah (UKM) terkoreksi 1% secara YoY menjadi Rp182,8 triliun, dipengaruhi oleh perlambatan aktivitas bisnis. Begitu juga dengan Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) yang turun 13,4% secara YoY menjadi Rp36,8 triliun.
Berdasarkan rasio, Non-Performing Loan (NPL) BBCA naik ke 2,4% dari 2,1% di tahun 2020. Namun, kualitas kredit BBCA masih terbilang baik karena NPL coverage juga bertumbuh dari 204,5% di semester I-2020 menjadi 230,6% di semester I-2021 sehingga secara kualitas aset, BBCA masih sangat baik.
Secara keseluruhan, total dana pihak ketiga perusahaan ini tumbuh sebesar 17,5% dari periode yang sama tahun lalu menjadi Rp895,2 triliun, sehingga mendorong total aset naik 15,8% secara YoY menjadi Rp1.129,5 triliun pada akhir Juni 2021.
Dengan ini dapat dikatakan, kinerja BBCA di semester I-2021 solid, meski pertumbuhan pada pendapatan melambat. Pertumbuhan pendapatan BBCA melambat di paruh pertama tahun ini karena pinjaman belum tumbuh sesuai ekspektasi. Keuangan BBCA akan bisa tetap bertahan solid dengan dukungan cost of fund yang murah. Hal tersebut terlihat dari Current Account Saving Account (CASA) BBCA yang tumbuh 21% secara YoY.
Perlu kamu ingat juga, BBCA tetap mencatat pertumbuhan kinerja di tengah tekanan ekonomi akibat pandemi COVID-19. Meski potensi ekonomi melemah akibat pembatasan kegiatan masyarakat, prospek kinerja BBCA tetap menarik dalam jangka panjang.
Dengan prospek yang baik dalam jangka panjang dan harga yang terbilang lebih ramah setelah dilakukannya stock split nanti, kamu bisa memanfaatkan saham BBCA untuk menabung saham dalam mencapai tujuan keuangan jangka panjangmu.
Untuk memudahkanmu menabung saham, POEMS sebagai salah satu platform investasi terbaik memiliki fitur SmartPlan yang dapat kamu manfaatkan untuk menabung saham secara rutin setiap bulan.
Nantinya, fitur ini akan mendebit sejumlah dana yang tersedia di Rekening Dana Nasabah (RDN)-mu secara otomatis setiap bulannya sesuai dengan bujet dan tanggal pendebitan yang kamu tentukan sebelumnya. Kamu hanya perlu memastikan ketersediaan dana pada RDI-mu untuk membeli saham pilihanmu.
Tidak hanya itu, kamu bisa menerapkan stragtegi Dollar Cost Averaging (DCA) dengan fungsi average down pada fitur SmartPlan. Kamu tinggal memasukkan persentase penurunan harga sesuai yang kamu inginkan. Jadi, jika harga saham turun sesuai dengan persentase yang kamu inginkan, pembelian saham akan langsung dieksekusi di harga tersebut. Namun, jika harga saham tidak mencapai persentase penurunan tersebut, pembelian saham akan berjalan pada tanggal yang kamu tentukan sebelumnya. Jadi, tunggu apa lagi? Yuk rasakan kemudahan berinvestasi bersama POEMS!
“Be a Smart Investor with Phillip Sekuritas Indonesia”
* Disclaimer ON
(Penulis: Michael Filbery - Agustus 2021)
Baca artikel lainnya:
Amankah berinvestasi di Tengah Pandemi Covid-19?
Amankan Investasimu Selama IHSG Turun dengan Fitur SmartSafe
Memprediksi Harga Saham dengan Analisis Foreign Flow
|