This line will show up in the preview of some email clients
logo

 

NEWSLETTER Edisi 101

 

TAPERING OFF THE FED, INI NASIB PASAR MODAL KE DEPAN!

img

Pasar saham di berbagai negara, termasuk Indonesia, sedang dihadapkan dengan kekhawatiran para pelaku pasar terhadap kebijakan Tapering Off yang akan dilakukan oleh bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed), tahun ini. Kebijakan ini dinilai oleh pelaku pasar sebagai sentimen negatif yang akan memberatkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan pasar aset berisiko di negara lainnya.

Sebenarnya apa itu Tapering Off?
Tapering Off berasal dari kata Tapering yang merujuk pada kebijakan bank sentral dalam perubahan kebijakan moneter, seperti perubahan tingkat suku bunga acuan maupun perubahan giro wajib minimum bank, atau dapat berbentuk perubahan anggaran pembelian aset surat utang negara oleh bank sentral. Maka itu, dapat dikatakan Tapering “Off” merupakan kebalikan dari kebijakan bank sentral sebelumnya, dari pelonggaran kebijakan moneter, menjadi pengetatan kebijakan moneter.

Lalu, seberapa penting kebijakan The Federal Reserve?
Amerika Serikat dikenal sebagai negara dengan dominasi ekonomi terbesar di dunia, sehingga setiap kebijakan negaranya akan menjadi perhatian bagi seluruh negara lain di dunia, termasuk kebijakan yang diambil oleh bank sentralnya. The Fed sebagai bank sentral Amerika Serikat yang bertugas menjaga momentum pertumbuhan ekonomi, akan mengambil setiap langkah moneter yang dapat mempengaruhi perilaku investor maupun trader di pasar modalnya dan bahkan di pasar modal berbagai negara di dunia.

Apa hubungannya dengan pasar modal Indonesia?
Pasar modal Indonesia dikenal investor asing sebagai pasar aset berisiko tinggi dengan tingkat imbal hasil yang cenderung lebih tinggi bila dibandingkan dengan negara maju, terutama pasar modal Amerika Serikat. Maka itu, ketika kondisi ekonomi dan kebijakan bank sentral negara dunia sedang positif untuk pasar modal, perilaku investor maupun trader cenderung akan mencari instrumen yang dapat memberikan imbal hasil tinggi, sehingga banyak aliran dana masuk ke pasar modal Indonesia. Hal ini salah satunya yang mendorong kinerja IHSG bergerak positif, akibat perilaku investor dan trader tersebut.

Namun, berbeda halnya ketika kondisi ekonomi sedang kurang baik atau ketika kebijakan bank sentral negara adidaya, seperti Amerika Serikat, sedang tidak mendukung pasar aset berisiko, yang mungkin terjadi ialah capital outflow atau arus dana keluar dari pasar modal Indonesia. Hal ini disebabkan oleh perilaku investor yang cenderung menghindari aset-aset berisiko tinggi ketika keadaan ekonomi dunia sedang tidak stabil, karena aset-aset ini rentan terpengaruh oleh buruknya ekonomi atau langkah moneter yang dilakukan oleh The Fed, sehingga investor cenderung memilih untuk kembali ke aset-aset dengan risiko yang lebih rendah.

Seberapa besar dampak yang ditimbulkan dari kebijakan tersebut?
The Fed berencana akan menjalankan kebijakan Tapering Off akhir tahun ini, sesuai dengan hasil Federal Open Market Committee (FOMC) bulan lalu yang diawali dengan pengurangan anggaran pembelian surat utang negaranya. Namun, The Fed menyatakan bahwa tingkat suku bunga Fed Fund Rate berpeluang tidak akan diubah hingga tahun depan. Hal ini menjadi sentimen yang kurang baik bagi pasar modal Indonesia, di tengah upaya ekonomi untuk pulih pasca-gelombang kedua COVID-19 yang melanda.

Namun, jika kita melihat data jumlah investor asing dan domestik di pasar saham Indonesia, terlihat bahwa investor domestik mulai mendominasi.

Grafik Persentase Investor Asing vs Domestik

img

Sumber: Bursa Efek Indonesia (Data per Agustus 2021)

Hal ini menjadi modal yang baik bagi kestabilan pasar modal Indonesia, dikarenakan saat arus dana asing keluar dari pasar modal, tekanan yang terjadi bisa diminimalisir dengan jumlah investor domestik yang besar, walaupun tetap saja berpeluang memberikan dampak negatif dalam jangka pendek. Kondisi yang stabil dapat terjadi dengan catatan kondisi ekonomi Indonesia menunjukan hal yang positif, sehingga investor domestik masih yakin dengan keadaan ekonomi dan kinerja investasi dalam negeri.

Selain itu, The Fed mengumumkan bahwa kebijakan Tapering Off akan dilakukan secara bertahap. Hal ini membuat sebagian analis di negara lain memperkirakan dampak dari Tapering Off tidak akan sebesar tahun 2013. Di samping itu, kondisi ekonomi Indonesia juga mulai menunjukan tanda pemulihan, setelah pada bulan Juni hingga Juli dihadapkan dengan gelombang kedua COVID-19.

Sentimen yang dapat mendorong pulihnya ekonomi Indonesia ialah berkurangnya kasus harian COVID-19 yang saat ini sudah mendekati level terendah, seperti pada bulan Mei lalu. Ditambah lagi, rasio vaksinasi di kota besar, seperti DKI Jakarta, telah mencapai 70%. Hal ini diharapkan dapat membuat kegiatan ekonomi masyarakat berangsur pulih dan roda perekonomian kembali berputar. Di samping itu, kegiatan manufaktur Indonesia di bulan Agustus juga mulai bangkit, walaupun secara angka, level 43.7 masih di bawah level indeks 50 yang berarti kondisi saat ini masih terkontraksi.

Bagaimana cara menyikapi sentimen tersebut?
Para investor dan trader dapat menyikapi sentimen dari kebijakan Tapering Off The Fed dengan cara kembali mencermati peluang pada setiap sektor emiten yang ada. Para investor dan trader dapat memilih emiten dengan karakteristik defensif untuk meminimalisir tekanan yang terjadi bila terdapat sentimen yang semakin memperberat kinerja IHSG.

Namun, saat ini sudah memungkinkan investor dan trader untuk memilih emiten di luar saham-saham defensif. Hal ini karena para pelaku pasar mulai kembali optimis dengan ekonomi Indonesia. Ditambah lagi, beberapa sektor mulai merasakan sentimen positif dari kenaikan beberapa harga komoditas pertambangan. Adanya pelonggaran PPKM di berbagai kota besar juga diperkirakan dapat memberikan peluang bagi emiten-emiten retail dan beberapa emiten konsumer untuk mencetak kinerja penjualan yang positif di sisa tahun ini.

Para investor dan trader dapat memilih emiten dengan karakteristik di luar defensif, namun diharapkan tetap membatasi tingkat risiko yang ada dengan strategi diversifikasi, yaitu menempatkan sebagian dana investasi pada emiten dengan profil risiko yang cenderung tinggi serta menempatkan sebagian lagi dana investasi pada emiten dengan profil risiko yang cenderung rendah. Para investor dan trader dapat menentukan porsi penempatan dana investasi sesuai profil risiko masing-masing.

Untuk mengetahui saham-saham apa saja yang direkomendasikan serta mendapat update pasar setiap pembukaan dan penutupan hari bursa, Anda dapat bergabung di Grup Telegram Phillip Sekuritas Indonesia Research dengan cara klik di sini. Anda juga dapat mengikuti Zoom Webinar setiap pembukaan pasar pukul 08.30 WIB bersama Tim Research Phillip Sekuritas Indonesia untuk mendengar pembahasan-pembahasan menarik seputar pasar modal dengan cara memgakses menu Online Seminar pada aplikasi POEMS ID. Phillip Sekuritas Indonesia akan senantiasa mendampingi Anda dalam berivestasi di pasar modal!

“Be a Smart Investor with Phillip Sekuritas Indonesia”

* Disclaimer ON

(Penulis: Dustin Dana Paramitha - September 2021)

Baca artikel lainnya:
Amankah berinvestasi di Tengah Pandemi Covid-19?
Amankan Investasimu Selama IHSG Turun dengan Fitur SmartSafe
Memprediksi Harga Saham dengan Analisis Foreign Flow

TalkToPhillip
Phillip Securities Indonesia
Phillip Securities Indonesia
Website
Instagram

 

Copyright © 2018 Phillip Sekuritas Indonesia, All rights reserved.
Email Anda telah kami daftarkan sebagai penerima newsletter Phillip Sekuritas Indonesia.