Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tahun 2013 ditutup di angka 4.274,18 atau turun 0,98% dibandingkan penutupan IHSG di tahun sebelumnya yang mencapai 4.315,316.
Beberapa emiten mampu meraih kinerja terbaik dengan kenaikan harga saham yang melejit. Sebaliknya, banyak juga di tahun 2013 justru membuat beberapa emiten mencatat kinerja terburuk dengan anjloknya harga saham. Apa tanggapan analis pasar modal terkait hal itu?
Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada menilai, melejitnya harga saham suatu emiten tidak melulu karena baiknya kinerja perseroan. Bahkan, sebagian besar pencapaian tersebut lebih dikarenakan karena aksi spekulan dengan memanfaatkan aksi korporasi sebuah perusahaan.
“Saham-saham tersebut bergerak karena adanya aksi spekulan dengan memanfaatkan aksi-aksi korporasinya. Jadi pergerakan lebih dikarenakan aksi spekulasi, toh jumlah saham yang beredar juga dikit jadi lebih mudah digerakin oleh beberapa spekulan. Mungkin kinerja bisa ada pengaruhnya tapi aksi spekulan lebih dominan,” kata Reza kepada detikFinance, Kamis (2/1/2014).
Reza mencontohkan, beberapa perusahaan dengan jenis industri yang sama mencapai kinerja pertumbuhan masing-masing 15%. Namun, ada satu perusahaan dengan industri yang sama justru harga sahamnya melonjak hingga 50%. Hal itu tidak bisa dinilai wajar.
“Misal begini, 2 perusahaan yang jenis industrinya sama. Dua-duanya sama tumbuh 15% tapi perusahaan yang satunya lagi harga sahamnya melonjak 50% lebih, itu berarti kan ada sesuatu,” jelas dia.
Berikut 5 top gainers dan 5 top loser emiten di 2013 berdasarkan analisa Asia Financial Network:
5 Top Gainers 2013:
1. PT Permata Prima Sakti Tbk TKGA
Sepanjang tahun 2013 peningkatan saham TKGA melonjak sebesar 840%. Perseroan pertama kali mencatatkan sahamnya di pasar modal Indonesia pada 6 Januari 1992. Saat ini, jumlah saham perseroan yang diperdagangkan sebanyak 52 juta saham dengan harga tertinggi Rp 2.350 per lembar saham.
2. PT Cowell Development Tbk (COWL)
Sepanjang tahun 2013 perdagangan saham COWL melonjak sebesar 221,7%. Perseroan pertama kali mencatatkan sahamnya di pasar modal Indonesia pada 19 Desember 2007. Saat ini, jumlah saham perseroan yang diperdagangkan sebanyak 250 juta saham dengan harga tertinggi Rp 480 per lembar saham.
3. PT Pacific Strategic Financial Tbk (APIC)
Sepanjang tahun 2013 perdagangan saham APIC melonjak sebesar 166,3%. Perseroan pertama kali mencatatkan sahamnya di pasar modal Indonesia pada 18 Desember 2002. Saat ini, jumlah saham perseroan yang diperdagangkan sebanyak 280 juta saham dengan harga tertinggi Rp 510 per lembar saham.
|