Kerap kali kita menemui seseorang yang bercerita “Kemarin aku lihat saham bagus, tapi gara-gara telat beli sekarang sahamnya udah naik 10%“, atau kalimat sejenis seperti “Wah, hari ini saham ABCD naik tinggi, coba aja kemarin aku beli sahamnya pasti sekarang dapat profit besar“. Secara tidak langsung ungkapan tersebut dapat memengaruhi psikologis seseorang dalam menentukan keputusan investasinya.
Bagi investor yang memiliki risk profile konservatif yang hanya bertransaksi saham indeks IDX30 ataupun emiten yang sudah dikenal, ketika melihat orang lain bisa mendapatkan profit dengan mudah dari 'saham gorengan' dalam waktu singkat pasti akan goyah mentalnya. “Kalau orang lain bisa, kenapa aku tidak” atau “Jangan terjebak di zona nyaman, lakukan hal baru untuk berkembang”, begitu kata petuah yang sering kali dijumpai melalui media sosial. Lalu, apa hubungannya dengan keputusan investasi?
Dikutip dari KBBI, investasi merupakan penanaman uang atau modal dalam suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan, sedangkan trading adalah proses transaksi yang berlangsung dalam pasar keuangan, artinya sistem kerjanya adalah jual beli aset dalam waktu yang singkat. Sejatinya, investasi dan trading memiliki tujuan yang sama yaitu untuk mendapatkan keuntungan, namun juga memiliki perbedaan yang cukup dominan. Perbedaan mendasar pada kedua hal ini adalah waktu dan cara pemilihan sahamnya.
Jika investor memanfaatkan waktu untuk memaksimalkan keuntungan, maka trader memanfaatkan waktu sebagai momentum untuk masuk atau keluar dari suatu saham. Investor yang bijak tentu saja bukan orang yang setiap satu jam sekali melihat perkembangan portofolionya. Semakin sering portofolio dilihat, maka mental investor itu akan mudah terombang-ambing bagaikan sebuah kapal kayu di tengah laut yang sedang tidak tenang. Di sisi lain, trader menghabiskan mayoritas waktunya di depan layar komputer untuk memantau saham apa saja yang sedang menarik atau melihat pergerakan saham yang sedang dikoleksi. Oleh karena itu, waktu bagi para trader bisa menjadi sebuah senjata yang efektif, namun bisa pula jadi bumerang jika tidak bijak memanfaatkannya.
Seorang investor yang bijak tentu tidak akan membeli saham secara sembarangan tanpa alasan yang jelas, biasanya akan selalu dilakukan riset terlebih dahulu sebelum memutuskan aksi beli atau jual saham tertentu. Lalu, bagaimana dengan trader? Trader biasanya akan menggunakan prinsip “Price discounts everything”, yang bermakna semua kejadian di market adalah manifestasi dari keadaan perusahaan saat itu. Trader tidak akan peduli bagaimana ‘kesehatan’ dari emiten ini dalam dua tahun terakhir, apakah aktif membagikan dividen atau tidak. Bahkan, sebesar apapun utang perusahaannya jika pada hari tersebut volume transaksinya menunjukkan kenaikan yang masif dan harga sahamnya bergerak ke atas dengan cepat maka trader harus segera memutuskan untuk membelinya atau tidak sama sekali. Feeling dan analisis trader akan diuji dalam waktu yang relatif singkat untuk menentukan keputusan beli, menambah atau menjual saham tersebut.
Terkadang masih banyak di antara kita yang sering terjebak apakah ingin menjadi investor ataupun trader dadakan. Ketika sudah paham bahwa diri kita adalah tipe investor yang low risk, sering kali mendapatkan banyak ‘bisikan’ dari teman, rekan kantor, atau bahkan timeline media sosial membuat diri sendiri mulai mencoba masuk ke saham yang pergerakannya volatile. Sebelum membeli saham, ada baiknya selalu membaca ringkasan rasio laporan keuangan terlebih dahulu, namun karena tergoda ‘bisikan’ teman kita pun melewatkan proses itu dan langsung melakukan ‘haka’ alias langsung membeli saham yang sedang volatile. Karena belum memiliki basic dan jam terbang yang masih sedikit, ketika sahamnya turun 3% kita pun akan panik. Biasanya para trader profesional akan menentukan trading plan sebelum membeli saham, hal ini mencakup kapan waktunya taking profit dan cutloss. Akan tetapi, hal ini bisa saja terlupakan jika kita yang biasanya menyimpan saham untuk long term terpaksa mengubah gaya transaksi menjadi lebih cepat dalam durasi singkat.
Begitupun dengan trader yang harus pandai membaca momentum kapan market bergerak menguat dan berbalik arah menjadi melemah. Jika berbicara soal pembalikan arah, sering kali trader masih mengabaikan trading plan yang telah dibuat dan harusnya dipatuhi. Saham yang harusnya dijual saat harganya turun tetap dipertahankan karena berpikiran kalau saham tersebut akan naik lagi, alhasil para trader menjadi ‘investor dadakan’. Padahal saat itu sudah jelas bahwa volume perdagangan tinggi, candle membentuk pola shooting star yang menandakan pembalikan arah pergerakan saham ke arah downtrend. Awalnya berniat trading jangka pendek tapi berubah menjadi investor ketika sahamnya ‘nyangkut’ alias tidak bisa dijual selama periode waktu tertentu.
Berdiam di dalam zona nyaman bukan hal yang salah dalam berinvestasi saham. Jika sudah menemukan gaya berinvestasi diri sendiri dan terbukti menguntungkan, kenapa harus berubah hanya karena tergiur melihat orang lain yang mampu menghasilkan profit dengan mudah dalam waktu yang relatif singkat? Sebagai contoh, jika biasanya sebelum membeli saham kamu membaca laporan keuangan secara komplet, memperhatikan rasio keuangan secara komprehensif, hingga melihat grafik dalam berbagai time frame dan akhirnya yakin untuk membeli saham tersebut. Namun, karena tergiring opini orang lain yang mendapatkan profit dalam waktu singkat, akhirnya kamu mulai mencoba hal yang sama. Saham yang pergerakannya sudah naik tinggi pun kamu beli dan tidak mengindahkan aturan, akhirnya harga saham tersebut turun dan menyebabkan kerugian.
Sebaliknya, waktu yang panjang menjadi senjata bagi investor untuk mengoleksi saham fundamental yang baik. Fitur SmartPlan di POEMS ID cocok bagi kamu sebagai seorang investor yang tidak memiliki banyak waktu dalam memantau kondisi market, namun dapat terus menabung saham yang diyakini baik, setiap satu bulan sekali secara otomatis. Sementara itu, bagi trader disiplin adalah kunci utama dalam trading saham dengan memanfaatkan fitur SmartSafe di POEMS ID yang dapat membantu memaksimalkan profit dan meminimalisir risiko saat melakukan trading saham.
“Be a Smart Investor with Phillip Sekuritas Indonesia”
* Disclaimer ON
Penulis: M. Anggit G.A
Editor: M. Rizki Aidil
Baca artikel lainnya:
Ini Kebiasaan Buruk yang Wajib Dihindari Trader Pemula
Penerapan Trading Plan sebagai Langkah Menjadi Trader Profesional
Kamu Seorang Trader? Wajib Perhatikan Hal Ini!
|