This line will show up in the preview of some email clients
logo

 

NEWSLETTER Edisi 112

 

INI KEBIASAAN BURUK YANG WAJIB DIHINDARI TRADER PEMULA!
img

Sebagai seorang trader pemula, mungkin masih banyak hal yang belum kamu pahami tentang industri pasar modal sehingga tak jarang membuatmu salah dalam mengambil keputusan. Ditambah lagi cukup banyak informasi simpang siur yang bertebaran di media sosial seputar trading, mungkin juga malah membuatmu semakin tersesat karena bingung memilah mana yang tepat untuk dilakukan dan mana yang tidak baik untuk dilakukan.

Konsumsi informasi yang kurang tepat ini lambat laun dapat terefleksikan menjadi suatu kebiasaan buruk atau kesalahan yang secara tidak sadar kamu lakukan sebagai seorang trader pemula, sehingga kamu malah semakin jauh dari tujuan utama seorang trader, yaitu memperoleh profit yang konsisten. Untuk itu, berikut berbagai kebiasaan buruk seorang trader pemula yang perlu kamu tahu serta solusi agar kamu dapat menghindarinya.

1. Harapan Sebagai Dasar Analisis Saham
Para trader umumnya menyusun strategi trading dengan menggunakan analisis teknikal untuk memprediksi pergerakan harga saham agar dapat mengetahui kapan waktunya membeli dan kapan waktunya menjual. Namun, cukup banyak trader pemula yang menggunakan harapan sebagai landasan dalam menganalisis saham, padahal hal tersebut adalah cara yang buruk, apalagi bila sampai menjadi sebuah kebiasaan.

Ada suatu pernyataan yang terlontar di media sosial yang memberitahu bahwa ketika kamu membeli saham dengan tujuan trading dan sahamnya bergerak turun cukup dalam dari harga beli, saatnya kamu berubah menjadi seorang analis fundamental. Istilah fundamental yang dipakai di sini biasa mengacu pada suatu aktivitas untuk terus memegang saham di portofolio hingga saham tersebut mencapai titik impas, bahkan sebisa mungkin untung.

Padahal, perilaku ini justru dapat menyebabkan seorang trader pemula memegang cukup banyak saham yang bergerak dalam tren penurunan/bearish dan mungkin malah akan terus turun dalam jangka waktu yang lama. Akhirnya pada suatu waktu tidak tersisa lagi modal untuk di-trading-kan karena modal tersebut terkunci pada saham-saham di portofolio yang tak kunjung menunjukan peningkatan harga, sehingga peluang keuntungan yang tadinya bisa didapat bila melepas saham tersebut di awal dan mentransaksikan saham lain, menjadi hilang.

2. Banyak Variasi Strategi Trading
Ketika kamu sedang berselancar di media sosial, seperti Instagram, apa lagi bila kamu mengikuti akun-akun dengan konten seputar analisis teknikal, mungkin kamu cukup sering menemukan berbagai edukasi yang mengajarkan bermacam-macam strategi trading. Strategi trading yang diajarkan melalui posting-an akun-akun tersebut kemudian kamu pelajari satu per satu secara singkat hingga membuat kamu merasa siap mempraktikannya pada saat trading.

Namun tak jarang, ketika dipraktikan, strategi yang kamu peroleh dari media sosial tersebut malah memberikan hasil yang tidak sesuai dengan ekspektasimu. Hal ini mungkin terjadi karena kamu terkena peluang kekalahan dari masing-masing strategi yang berbeda sehingga hasil trading yang kamu dapat malah terjerat stop loss yang lebih besar.

Maka itu, seorang trader lebih baik hanya memiliki satu strategi, namun sudah mengetahui tingkat peluang kemenangan dan kegagalannya. Dibanding memiliki banyak strategi, namun tidak mengetahui tingkat peluang kemenangan dan kegagalannya, apalagi mengkombinasikan berbagai strategi yang malahan dapat memberikan hasil yang semakin acak serta tingkat peluang kegagalan yang lebih tinggi.

3. Tidak Pernah Puas
Sebagai seorang trader pemula, memang wajar bila kamu merasa menyesal ketika menjual saham yang walaupun dalam keadaan untung sesuai target price, tetapi setelah dijual harganya malah masih terus naik lebih tinggi. Bahkan, apa bila ini terjadi berturut-turut, misalnya tiga kali, mungkin kamu juga bisa jadi berpikir untuk menaikkan target di luar cara kamu menentukan target sebelumnya, yaitu melalui analisis data yang kamu peroleh dengan backtesting.

Padahal, hal ini tentu tidak akan terjadi terus-menerus. Perubahan jarak target yang lebih jauh dari yang biasanya kamu pasang dapat berakibat pada banyaknya saham yang tidak terkena target. Bahkan bisa jadi malah terkena stop loss dan menyebabkan kerugian bagi aktivitas trading-mu.

Perubahan jarak target seharusnya dilakukan setelah melakukan pengambilan data dari hasil backtesting ataupun forward testing, bukan berdasarkan pengalaman dari beberapa kali transaksimu melampaui target yang telah ditentukan. Hal ini karena perubahan target yang lebih jauh dan tidak disertai data dapat menimbulkan risiko kerugian yang seharusnya tidak kamu alami.

4. Cut Loss atau Cut Profit Terlalu Dini
Trader pemula yang telah menentukan area entry, target, dan stop loss seharusnya mengikuti rencana yang dibuat. Permasalahannya, dalam menjalankan rencana yang dibuat, trader pemula tidak luput dari rasa bimbang untuk mengambil keuntungan lebih awal atau menerima kerugian lebih cepat sebelum terkena titik stop loss.

Munculnya keinginan untuk mengambil profit lebih awal dari titik target berasal dari ketidakyakinan bahwa pergerakan harga akan menyentuh target. Mungkin pergerakan harga terhenti dekat sekali dengan target awal serta tertahan dalam beberapa hari.

Sebagai contoh, harga saham ABCD selama 3 hari terakhir bergerak dalam kisaran Rp1.780- Rp1.820 per lembar, sedangkan targetmu ialah di harga Rp1.850 per lembar. Pergerakan harga yang tak kunjung menyentuh area target akhirnya membuatmu bimbang sehingga kamu memilih untuk mengambil keuntungan di harga Rp1.820 per lembar, meskipun akhirnya saham tersebut menyentuh harga Rp1.850 per lembar dua hari kemudian. Berdasarkan perhitungan tersebut, kamu kehilangan selisih harga Rp30 per lembar yang idealnya bisa kamu dapatkan bila kamu menunggu hingga harga menyentuh target.

Berbeda dengan peristiwa cut profit, cut loss berasal dari pergerakan harga yang menurun dengan cepat dan hampir menyentuh area stop loss. Contohnya, harga saham ABCD mengalami pelemahan/penurunan ke harga Rp1.700 per lembar, sedangkan stop loss kamu lakukan pada harga Rp1.680 per lembar. Penurunan ini terjadi dengan cepat yang membuatmu panik dan mengambil keputusan untuk jual rugi lebih awal sebelum menyentuh stop loss dengan asumsi harga nantinya pasti terkena stop loss juga, sehingga kamu memilih melakukannya lebih awal.

Asumsi tersebut tidak jarang timbul dari rasa takut dan ingin meminimalisir kerugian. Namun, jika kamu berpikir secara rasional, mungkin saja yang terjadi justru sebaliknya, harga saham tersebut tertahan di area Rp1.700 dan selanjutnya memantul naik menuju target taking profit-mu, sehingga yang seharusnya kamu untung malah menjadi buntung akibat pemikiran yang tidak rasional.

Demikilanlah kesalahan atau kebiasaan buruk yang umumnya dilakukan oleh trader pemula. Sebagai trader pemula, memang masih banyak hal yang perlu dipelajari dan dibenahi untuk dapat meraih mimpi menjadi trader profesional dengan profit yang konsisten. Maka itu, tidak lengkap rasanya bila tidak memberikan tips untuk mengatasi kebiasaan buruk tersebut.

Solusi terhadap sebagian besar kebiasaan buruk sesungguhnya dapat diselesaikan dengan dua langkah yang cukup mudah, yaitu percaya dengan strategi trading-mu dan evaluasi trading. Percaya terhadap strategi trading dapat dibangun dengan memiliki data yang terbukti secara historis (backtesting) dan data yang juga terbukti ketika melakukan aktivitas trading.

Pengumpulan data strategi yang benar akan memberikanmu gambaran, seperti seberapa besar win rate, berapa kali kekalahan beruntun atau kemenangan beruntun yang mungkin terjadi, serta titik target maupun stop loss yang ideal sebagai acuan.

Data-data ini akan membuatmu lebih percaya diri terhadap pengambilan keputusan untuk masuk pada trade tertentu serta lebih tenang dalam menghadapi kekalahan yang mungkin terjadi. Sebab, kekalahan atau kemenangan yang akan terjadi telah tergambarkan sesuai dengan data yang kamu peroleh sehingga kamu tidak kaget atau bimbang lagi saat mengambil keputusan tertentu.

Evaluasi trading juga tidak kalah penting. Kamu perlu melakukan pencatatan terhadap hal yang kamu trading-kan setiap saat dan memberikan keterangan detail terkait alasan kamu mengambil trade tersebut, seperti penyebab kamu melakukan cut loss atau cut profit serta hasil trade yang kamu peroleh.

Hasil pencatatan tersebut dapat kamu analisis untuk menemukan pola pada data baru, seperti menjadi bahan pertimbanganmu untuk menentukan target yang lebih tinggi atau stop loss yang lebih sempit dari keputusan awal, keadaan khusus yang cocok untuk melakukan cut loss atau cut profit, serta menemukan strategi yang memiliki win rate yang baik untuk melakukan trading saham.

Jadi, perlu kamu ingat, solusi untuk menghilangkan kebiasaan buruk atau mindset yang salah ialah dengan melakukan evaluasi trading dan percaya dengan strategi trading-mu yang telah teruji.

Selain itu, ada cara mudah yang dapat kamu peroleh untuk aktivitas trading-mu, yaitu melalui technical recommendations yang diberikan Tim Research Phillip Sekuritas Indonesia melalui Grup Telegram. Di sana kamu bisa mendapatkan informasi saham-saham potensial di hari itu, serta informasi trade buy, target price, dan stop loss pada saham tersebut. Phillip Sekuritas Indonesia akan senantiasa mendampingimu dalam berinvestasi di pasar modal.

“Be a Smart Investor with Phillip Sekuritas Indonesia”

* Disclaimer ON

Penulis: Joshua Marcius - Agustus 2022
Editor: Ester Lidya Norisa

Baca artikel lainnya:
Mengenal Rasio Keuangan Perusahaan dalam Memilih Saham
Buka Akun Investasi di Phillip Sekuritas Indonesia Hanya 5 Menit!
Memprediksi Harga Saham dengan Analisis Foreign Flow
Memulai Analisis Teknikal Pertama Anda!

TalkToPhillip
Phillip Securities Indonesia
Phillip Securities Indonesia
Website
Instagram

 

Copyright © 2022 Phillip Sekuritas Indonesia, All rights reserved.
Email Anda telah kami daftarkan sebagai penerima newsletter Phillip Sekuritas Indonesia.