Sobat Phillip pasti sudah tidak asing mendengar nama Albert Einstein yang dijuluki sebagai salah satu ilmuwan berpengaruh dan terkenal di dunia terkait ilmu sains. Menariknya, Albert ternyata tidak hanya berbicara mengenai sains saja, melainkan juga investasi. Bahkan, Albert pernah membahas mengenai compound interest, lho!
Jadi, apa itu compound interest sampai tokoh dunia Albert Einstein menyebut itu sebagai keajaiban ke delapan? Lalu, bagaimana kerja dan dampaknya pada investasi? Kali ini, kita akan menyelam lebih dalam untuk memahami compound interest serta pengaruhnya terhadap investasi.
Apa itu Compound Interest dalam Investasi?
Compound interest atau biasa yang disebut suku bunga majemuk adalah jenis bunga berbunga dengan menjumlahkan nilai pokok dengan akumulasi bunga pada periode sebelumnya. Jadi, bunga yang didapatkan tidak diambil dari nilai pokok awalnya saja tetapi akumulasi bunga dari setiap periode/tenor sehingga menyebabkan keuntungan berlipat ganda.
Berbeda dengan simple interest di mana bunga yang diterima hanya berdasarkan jumlah pokok awal saja, sehingga tidak menimbulkan sifat menggulung dan uang yang dihasilkan dari nilai bunga akan jauh lebih rendah.
Supaya kamu dapat memahami lebih dalam tentang konsep compound interest, mari perhatikan ilustrasi di bawah ini:
Andaikan kamu punya uang Rp100 juta dan memilih menginvestasikan uang tersebut ke instrumen finansial yang memiliki bunga tetap sebesar 5% per tahun dengan jangka waktu investasi selama lima tahun. Maka berdasarkan konsep simple interest cara menghitung total bunga yang diterima dalam setahun adalah 5% x Rp100 juta = Rp5 juta. Ini adalah total bunga yang diterima dalam setahun. Kemudian tinggal mengalikan Rp5 juta dengan jangka waktu investasi lima tahun dan hasil total bunga yang diterima dalam lima tahun yaitu Rp25 juta.

Berbeda dengan simple interest di mana perhitungan bunga hanya berasal dari total dana yang diinvestasikan dari awal, sedangkan compound interest menggunakan konsep bunga berbunga, sehingga untuk mendapatkan bunga tahun kedua maka cara menghitungnya adalah 5% x Rp105 juta untuk mendapatkan hasil investasi di tahun kedua. Begitu pula untuk tahun ketiga dan kelima.
Dengan melihat hasilnya kita dapat menemukan selisih investasi antara simple interest dan compound interest yang cukup besar,yakni senilai Rp2.628.156. Hal ini membuktikan investasi menggunakan konsep compound interest menghasilkan potensi imbal hasil yang jauh lebih tinggi.
Lalu, bagaimana cara untuk menerapkan konsep compound interest dalam kegiatan investasi agar bisa mendapatkan keuntungan yang lebih besar?
Caranya dengan menginvestasikan uang pada instrumen saham. Misalnya, kamu menginvestasikan uangmu pada saham dengan modal Rp100 juta dan mendapatkan keuntungan 7% dari dividen saham, berarti pada tahun itu modalmu berkembang menjadi Rp107 juta. Lalu, modal maupun hasil tersebut tidak diambil melainkan diinvestasikan kembali ke saham yang juga memberikan keuntungan serupa, yakni 7% sehingga didapatkan akumulasi keuntungan senilai Rp14.490.000 pada tahun kedua dan begitu seterusnya.
Oleh karena itu imbal hasil dari investasi yang kamu lakukan tersebut harus diinvestasikan kembali ke instrumen keuangan yang mampu menghasilkan bunga yang sama. Bukan hanya didiamkan di rekening tabungan biasa yang akan membuat uangmu tidak bertumbuh sama sekali.
Phillip Sekuritas Indonesia senantiasa menemani perjalanan kamu dalam meraih kesuksesan finansial yang dituju.
“Be a Smart Investor with Phillip Sekuritas Indonesia”
* Disclaimer ON
Penulis: Joshua Marcius
Editor: Abdul Razak
Baca artikel lainnya:
Saham Gorengan: Pengertian, Ciri, dan Strategi Tradingnya
Reksa Dana Konvensional dan Syariah, Apa Perbedaannya?
Simak! Cara Buka Akun Investasi Online Mudah di POEMS ID
Praktis! Cara Analisis Saham Menggunakan Fibonacci Ratio
|
|
|
|