This line will show up in the preview of some email clients
logo

 

NEWSLETTER Edisi 116

 

psikologi trading: cara hindari pusing saat trading saham

Banyak orang yang bilang kalau trading saham adalah hal yang gampang. Pernyataan tersebut tidak salah, karena kamu bisa saja trading dengan membeli sebuah saham yang pergerakan harganya sedang naik tinggi di harga Rp1.000 dan menjualnya kembali di harga Rp950 ketika harga sahamnya tiba-tiba turun. Gampang kan? Akan tetapi, jika terus begitu kamu akan mengalami kerugian dan sulit untuk meraih keuntungan karena trading saham yang dilakukan hanya berdasarkan feeling.

Ibarat sedang berperang, kamu harus memiliki persenjataan dan strategi lengkap untuk menang. Begitu juga dengan trading saham, dibutuhkan strategi yang matang untuk meraih kesuksesan dan keuntungan yang maksimal.

Alexander Elder, seorang trader profesional asal Amerika dalam bukunya The New Trading For a Living mengatakan bahwa strategi trading itu bukan hanya perihal metode dan money management, melainkan juga bagaimana cara seorang trader mengatur psikologi dan mengendalikan emosi saat trading. Hal inilah yang disebut dengan istilah Psikologi Trading.

Psikologi trading dapat diartikan sebagai sikap seorang trader dalam mengontrol emosi, mental, pikiran, dan perilaku yang dapat mempengaruhi kesuksesan saat trading. Seorang trader yang memiliki psikologi trading yang baik akan konsisten mengikuti trading plan yang telah disusun dan tidak gegabah dalam mengambil suatu keputusan hanya karena berita atau isu mengenai suatu saham sedang ramai dibahas di media sosial, sehingga potensi keuntungan yang didapatkan akan semakin besar.

Bayangkan seandainya kamu menjual saham di harga terbaik menurut versimu, lalu sahamnya kembali bergerak menguat dalam beberapa hari. Di sisi lain, kamu membeli suatu saham di area support-nya dan berharap saham tersebut akan mengalami reversal kenaikan harga. Namun yang terjadi malah breakdown dan auto reject bawah selama satu minggu. Padahal kamu yakin telah menerapkan semua metode dan strategi secara optimal, tetapi masih saja mengalami kerugian. Hal ini akan membuatmu patah semangat dan berniat berhenti trading jika tidak memiliki psikologi trading yang baik.

Saat melakukan trading saham, seringkali hasil dari keputusan yang kita ambil tidak sesuai dengan harapan yang diinginkan sehingga menimbulkan kekecewaan. Untuk mengatasi hal tersebut, dibutuhkan pengelolaan psikologi trading yang baik agar tetap optimis dan tidak larut dalam kekecewaan.

Berikut tiga cara mengelola psikologi trading yang dapat kamu terapkan:

  1. Bedakan mana hal yang bisa dikontrol dan tidak bisa dikontrol

Kita sering dihadapkan dengan kondisi pasar saham yang tak menentu dan sulit ditebak, contohnya seperti pergerakan IHSG yang terkadang berlawanan arah dengan pergerakan bursa dunia yang mana merupakan satu dari banyak hal di luar kuasa seorang trader. Lalu, hal apa yang di dalam kuasa seorang trader? Jawabannya adalah manajemen portfolio. Jika memang kondisi pasar sedang tidak kondusif, tidak ada salahnya untuk sedikit menepi dan mengurangi transaksi sambil menyediakan cash di portfolio sambil menunggu momentum yang lebih baik untuk membeli saham. Sebaliknya, jika kondisi pasar sedang bagus, maka itu merupakan momentum yang tepat untuk agresif dalam membeli saham.

  1. Jangan melawan trend yang sedang terjadi

Seringkali saat melihat saham dengan trendpergerakan bearish, seorang trader akan melakukan aksi beli karena berasumsi harganya sudah turun terlalu tajam dan memprediksi akan segera naik dalam waktu dekat. Jika kamu yakin dengan fundamental dari emiten tersebut dan bertujuan membeli sahamnya untuk investasi jangka panjang, maka hal ini tidak salah karena sesuai dengan konsep Dollar Cost Averaging yang rutin berinvestasi dari waktu ke waktu. Namun jika kamu termasuk tipe trader yang menyukai risiko dan bermodalkan nekat, hal ini mungkin akan menghasilkan risiko yang lebih besar pula. Hal ini disebabkan oleh pasar yang sedang bergerak bearish, yang mana akan ada kecenderungan harga saham tersebut berlanjut turun lebih jauh. Jika sudah begitu, maka tidak ada pilihan lain selain melakukan cut loss atau jual rugi sebelum sahamnya turun lebih jauh lagi.

  1. Hindari sikap FOMO (Fear of Missing Out)

FOMO atau Fear of Missing Out dalam trading saham terjadi ketika kamu merasa panik karena tidak sempat membeli saham yang harganya naik dan menghasilkan return yang tinggi. Membeli saham yang harganya sudah naik tinggi memiliki risiko yang sangat besar. Karena ketika kamu masuk dan membeli sahamnya, orang-orang sudah mulai taking profit dan menyebabkan harga saham turun dan kamu merugi.

Untuk menghindari hal tersebut dan meminimalisir risiko yang akan terjadi, kamu dapat menganalisa saham potensial melalui fitur Stock Scanner di POEMS ID. Melalui fitur ini, kamu dapat mengetahui kondisi saham berdasarkan analisa teknikal, fundamental, dan candlestick yang membentuk pergerakan saham tersebut sehingga akan membantu mengoptimalkan potensi keuntungan yang kamu raih dari trading saham yang dilakukan.

Jangan lupa untuk selalu displin terhadap strategi dan perencanaan yang kamu buat agar psikologimu saat trading tetap terjaga.

“Be a Smart Investor with Phillip Sekuritas Indonesia”

* Disclaimer ON

Penulis: M. Anggit G.A
Editor: M. Rizki Aidil

Baca artikel lainnya:
Berinvestasi Pada Saham, Kenapa Harus Takut?
Investasi Sehat Tanpa Saham Gorengan
Investor VS Trader, Kamu Tim yang Mana?


TalkToPhillip
Phillip Securities Indonesia
Phillip Securities Indonesia
Website
Instagram

 

Copyright © 2023 Phillip Sekuritas Indonesia berizin dan diawasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK), All rights reserved.
Email Anda telah kami daftarkan sebagai penerima newsletter Phillip Sekuritas Indonesia.