Pemerintah resmi mengumumkan rencana kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari 11 persen menjadi 12 persen mulai 1 Januari 2025. Kebijakan ini diperkirakan akan memengaruhi daya beli masyarakat, terutama di kalangan kelas menengah.
Namun, dampaknya terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi tetap terbatas karena hanya menyasar barang-barang mewah, seperti beras premium, buah-buahan premium, daging premium (wagyu dan kobe), jasa pendidikan premium, jasa pelayanan kesehatan medis premium, dan lain sebagainya.
Lalu, seberapa jauh dampak kenaikan PPN 12 persen terhadap pergerakan IHSG dan Ekonomi Indonesia di tahun 2025? Selengkapnya kita bahas melalui artikel ini.
Dampak Terhadap IHSG
Selama beberapa pekan pada Q4 2024 IHSG sempat mencatatkan performa positif, sebelum akhirnya pada minggu ketiga Desember 2024 tren positif tersebut patah dan membawa IHSG bergerak di zona negatif dengan mencatatkan penurunan hingga 4.51 persen ke level harga 7.002 (20/12).
Terakhir kali IHSG menyentuh level ini pada perdagangan tanggal 5 Agustus 2024. Sementara itu, jika dilihat selama Desember 2024 IHSG telah mencatatkan penurunan sebesar 2.94 persen. Hal tersebut menunjukkan sentimen pasar yang bergerak negatif di tengah sentimen wacana kenaikan tarif PPN.
Menurut pengamat pasar, dampak kenaikan PPN terhadap IHSG tidak akan signifikan. Hal ini disebabkan oleh pembatasan kebijakan pada barang mewah, sehingga konsumsi masyarakat secara umum tidak terlalu terpengaruh. Meski demikian, ada kekhawatiran bahwa kenaikan ini dapat menekan tingkat konsumsi di beberapa sektor.
Untuk menghadapi tantangan tersebut, perusahaan-perusahaan disarankan untuk melakukan inovasi produk. Langkah ini penting agar produk tetap menarik bagi konsumen sekaligus terjangkau, sehingga dampak kebijakan terhadap penjualan dapat diminimalkan.
Dampak Terhadap Ekonomi Indonesia
Di sisi lain, International Monetary Fund (IMF) memproyeksikan ekonomi Indonesia akan tumbuh stabil di level 5 persen pada 2024 dan 5.1 persen pada 2025. Proyeksi ini menunjukkan kepercayaan IMF terhadap stabilitas ekonomi Indonesia meskipun ada kenaikan tarif PPN.
Peluang lainnya yakni berkenaan dengan program Pemerintah baru. Kabinet pemerintahan baru tengah mempersiapkan pelaksanaan program terobosan, seperti pemberian tanah gratis dan pembangunan tiga juta rumah. Program ini diharapkan memberikan efek pengganda (multiplier effect) bagi perekonomian Indonesia, dengan target pertumbuhan ekonomi hingga 8 persen. Sementara itu, dari global pelonggaran kebijakan moneter The Fed bisa menjadi peluang tersendiri untuk pasar modal Indonesia.
Presiden Prabowo Subianto menyampaikan bahwa kenaikan PPN merupakan amanat Undang-Undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP) yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan fokus pada barang mewah, kebijakan ini diharapkan tidak membebani masyarakat luas, khususnya kelompok berpenghasilan rendah.
Kebijakan fiskal ini juga diharapkan mampu meningkatkan penerimaan negara tanpa mengganggu konsumsi masyarakat secara signifikan. Dengan pengelolaan yang baik, hasil dari kenaikan tarif ini dapat dialokasikan untuk mendukung pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.
Secara keseluruhan, meski kenaikan PPN menjadi tantangan baru, peluang tetap ada jika semua pihak, termasuk pemerintah dan dunia usaha bersinergi. Langkah mitigasi yang tepat dapat memastikan stabilitas pasar sekaligus menjaga daya beli masyarakat di tengah perubahan kebijakan fiskal.
Dari sisi permintaan, jumlah investor pasar modal diperkirakan terus meningkat, yang akan memberikan dampak positif pada pertumbuhan investasi modal dan pasar secara umum. Faktor lainnya, pengembangan produk investasi baru yang lebih beragam diproyeksikan terus mendorong iklim investasi yang kondusif di Indonesia.
Ikuti terus perkembangan kondisi ekonomi dan pasar modal Indonesia dengan mengikuti Phillip Morning Market Call bersama Tim Research Phillip Sekuritas Indonesia yang diadakan setiap hari bursa pukul 08:30 - 09:30 WIB melalui Zoom. Cek link pendaftarannya melalui menu Online Seminar di POEMS Mobile.
Phillip Sekuritas Indonesia, Your Partner in Finance.
“Be a Smart Investor with Phillip Sekuritas Indonesia”
* Disclaimer ON
Penulis: Edo Ardiansyah
Editor: M. Rizki Aidil
Baca artikel lainnya:
Sritex (SRIL) Resmi Bangkrut dan Terancam Delisting, Apa Penyebabnya?
Rencana Implementasi MIP Batu Bara: Peluang dan Tantangan Bagi Emiten
Raih Profit Maksimal: Ajukan Margin di POEMS dengan Modal Rp50 Juta
BREN Dihapus dari Indeks FTSE Russel, Bagaimana Nasibnya?
|