This line will show up in the preview of some email clients
logo

 

NEWSLETTER Edisi 142

 

harga saham turun terus, SolusinyA hold atau cut loss?

img

Naik turun pergerakan harga saham merupakan hal yang wajar terjadi. Jika trader siap untuk profit, maka harus siap juga dengan risiko kerugian yang mungkin akan terjadi. Sayangnya beberapa trader belum siap menerima kerugian jika saham yang dibeli mengalami penurunan harga, sehingga rela menunggu momentum saham tersebut naik lagi dan bahkan sambil melakukan average down untuk menurunkan harga average di portfolio.

Apakah hold saham di saat harganya turun tersebut merupakan keputusan yang tepat? Atau haruskah sebaiknya melakukan cut loss untuk mengurangi risiko kerugian dan mengamankan modal yang dimiliki? Sebelum membahas hal tersebut, mari pahami dulu pengertian hold dan cut loss dalam trading saham.

Pengertian Hold dan Cut Loss

Hold merupakan istilah untuk perilaku trader saham yang menahan dan tidak menjual saham yang ada di portfolio, meskipun nilai saham turun atau naik. Sementara itu, cut loss merupakan istilah di mana trader saham menjual asetnya di bawah harga beli untuk memotong kerugian yang dialami.

Kapan Harus Hold dan Cut Loss?

Keputusan hold umumnya dilakukan di saat suatu saham konsisten bergerak naik atau berpotensi mengalami pembalikan harga, didukung dengan fundamental yang mengalami pertumbuhan dan indikator teknikal yang menunjukkan performa bagus seperti garis moving average (MA) yang berada di bawah semua garis dari berbagai periode.

Akan tetapi, tidak selamanya hold merupakan keputusan yang tepat. Ada kalanya kamu harus melakukan cut loss. Kebanyakan trader sering terjebak pada zona nyaman, karena merasa bahwa perusahaan akan segera kembali ke masa keemasannya dan berharap harga sahamnya akan naik lagi. Hal inilah yang menyebabkan trader membeli saham yang sama secara terus-menerus dengan tujuan average down harga saham yang dimiliki di portfolio.

Jika perusahaan tersebut masih memiliki prospek yang bagus masih bisa dibenarkan, tetapi kalau secara fundamental  earning per share (EPS) turun terus, teknikalnya sudah di bawah semua garis moving average berbagai periodenya, hingga bandarmologi yang menunjukkan distribusi kuat, namun kamu masih hold atau bahkan membeli lagi sahamnya untuk apa? Hal itu justru akan memperbesar potensi kerugianmu jika sahamnya melanjutkan penurunan harga atau bahkan masuk ke dalam papan pemantauan khusus.

Ketika suatu saham telah menembus support terkuatnya, tetapi kamu berasumsi bahwa itu hanya false break saja, maka dapat mengakibatkan kamu terlambat mengambil keputusan cut loss. Gara-gara terlambat mengambil keputusan mengakibatkan munculnya risiko yang bercabang-cabang, mulai dari modal yang stuck atau tidak berputar, hingga unrealized loss seperti bola salju yang semakin menggelinding ke bawah semakin membesar.

Contoh Kasus 

img

Pada 14 Oktober 2024 lalu, penulis membeli saham MDKA karena melihat grafik teknikalnya yang sedang mengalami pullback kala itu. Sebelumnya, pada akhir September 2024 harga saham MDKA mengalami kenaikan didukung dengan volume yang bagus dan bandarmologi yang menunjukkan adanya aksi akumulasi. Lalu, penulis melakukan analisis dan menemukan bahwa MDKA mengalami downtrend berkepanjangan, break indikator simple moving average (SMA) 200, volume yang laju, serta akumulasi yang berjalan lancar. Akhirnya penulis memutuskan untuk ‘cek ombak’ dulu dengan melakukan pembelian sebanyak tiga lot di harga 2550. 

img

Beberapa hari kemudian, saham MDKA melanjutkan penurunan. Penulis memutuskan untuk menambah muatan dengan melakukan pembelian saham MDKA kembali sebanyak empat puluh lima lot di harga 2520 pada 18 Oktober 2024 dan enam lot di harga 2420 pada tanggal 28 Oktober 2024. Dengan total pembelian sebanyak tiga kali menghasilkan harga average 2510,56 sebanyak lima puluh empat lot.

Lalu, cut loss-nya di mana? Dengan melihat teknikalnya, maka penulis memutuskan untuk cut loss apabila low baru tercipta di bawah harga 2190 (low Agustus 2024). 

img

Namun, alih-alih terus melakukan average down, penulis menyadari bahwa ada yang tidak sesuai dengan strategi yang dibuat sebelumnya. Selalu ingat bahwa sebelum mencari profit, kita perlu untuk melindungi modal yang dimiliki. Akhirnya penulis memutuskan untuk cut loss semua saham MDKA.

Andai saja penulis terus bersikeras untuk hold dan menadah MDKA sampai artikel ini ditulis (Januari 2025), bukan tidak mungkin akan memengaruhi psikologis penulis karena sahamnya terus mengalami penurunan dan membentuk garis low baru. 

Apa yang Bisa Dipelajari dari Contoh Kasus di Atas?

Dari kasus di atas kita harus bisa memahami bahwa trading saham merupakan dunia yang sangat dinamis. Strategi yang kita anggap sukses sekarang, belum pasti akan kembali terulang kesuksesannya di masa yang akan datang. Maka dari itu diperlukan keterbukaan untuk terus belajar strategi baru dan beradaptasi dengan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi di masa depan.

Kamu dapat mempelajari strategi tersebut dengan mengikuti kelas edukasi gratis yang rutin diadakan oleh Tim Edukasi Phillip Sekuritas Indonesia. Daftar dan temukan jadwalnya melalui menu Online Seminar di aplikasi POEMS Mobile atau melalui Instagram @talktophillip

Phillip Sekuritas Indonesia senantiasa menemani perjalananmu dalam investasi dan trading di pasar modal. Tetap semangat dan jangan menyerah!

“Be a Smart Investor with Phillip Sekuritas Indonesia”

* Disclaimer ON

Penulis: M. Anggit G.A
Editor: M. Rizki Aidil

Baca artikel lainnya:
Psikologi Trading: Cara Hindari Pusing saat Trading Saham
ARB 15 Persen Bikin Pusing, Solusinya Bagaimana?
Kenali Saham Overvalued, Masih Layak Beli atau Tidak?
Begini Cara Baca Tren Untuk Tahu Harga Saham Naik atau Turun

TalkToPhillip
Phillip Securities Indonesia
Phillip Securities Indonesia
Website
Instagram

 

Copyright © 2025 Phillip Sekuritas Indonesia, All rights reserved.
Email Anda telah kami daftarkan sebagai penerima newsletter Phillip Sekuritas Indonesia.