Penurunan penjualan baterai di China diprediksi akan memengaruhi permintaan nikel sulfat di sektor baterai. Sebagai pasar utama, penjualan baterai di China menjadi indikator krusial dalam mengukur permintaan untuk logam baterai (battery metals).
Data dari China Automotive Battery Innovation Alliance menunjukkan bahwa pangsa pasar baterai berbasis lithium-iron-phosphate (LFP) mencapai 65,7 persen, jauh lebih besar dibandingkan dengan baterai berbasis nickel-cobalt-manganese (NCM) yang hanya sekitar 34 persen. Pangsa pasar yang lebih kecil untuk NCM di China turut menekan pergerakan harga nikel.

Jika dilihat dari grafik di atas, penurunan harga nikel dihitung dari peak harga closing harga sampai ke harga terakhir pada weekly line chart per Februari 2025 mencapai lebih dari 48 persen. Secara teknikal pergerakan harga nikel juga berpotensi melanjutkan penurunan, seiring dengan tren pergerakan harga nikel yang cenderung dalam keadaan bearish.
Efek Penurunan Harga Nikel Terhadap Indonesia
Selain melemahnya permintaan, isu oversupply juga menjadi penyebab utama penurunan harga nikel. Hal tersebut menjadikan Indonesia sebagai produsen nikel terbesar di dunia, berencana meningkatkan kapasitas produksinya menjadi 2,4 juta metrik ton. Dengan angka ini, Indonesia diperkirakan akan menyumbang 57 persen dari total produksi global pada akhir tahun 2025. Kombinasi oversupply dan melemahnya permintaan dari sektor baterai listrik masih terus memberikan tekanan pada harga nikel hingga saat ini.

Penurunan harga nikel ini biasanya akan memengaruhi emiten-emiten dalam negeri yang berhubungan dengan industri ini, salah satunya yaitu PT Vale Indonesia Tbk (INCO). Secara tren, jelas sekali pergerakan harga saham INCO mengikuti penurunan harga nikel. Selain itu, jarak penurunan dari tahun 2022 hingga awal tahun 2025 sekitar 60 persen. Jika dilihat secara teknikal, INCO mengalami breakout pada area support penting di zona hijau dan harganya bergerak di bawah indikator Exponential Moving Average 200 (EMA 200). Hal ini semakin mempertegas potensi penurunan lanjutan untuk jangka panjang.
Jika kamu tertarik untuk membeli saham INCO, sebaiknya lakukan analisis kembali dan pertimbangkan dengan matang kapan waktu yang tepat untuk membeli. Kamu dapat mempelajari cara menganalisis saham maupun strategi investasi/trading saham dengan mengikuti kelas edukasi online bersama Tim Edukasi Phillip Sekuritas Indonesia. Cek jadwal dan info pendaftarannya melalui menu Online Seminar di aplikasi POEMS Mobile.
Phillip Sekuritas Indonesia senantiasa menemani perjalananmu dalam investasi dan trading di pasar modal. Tetap semangat dan jangan menyerah!
“Be a Smart Investor with Phillip Sekuritas Indonesia”
* Disclaimer ON
Penulis: Joshua Marcius
Editor: Abdul Razak
Baca artikel lainnya:
Psikologi Trading: Cara Hindari Pusing saat Trading Saham
ARB 15 Persen Bikin Pusing, Solusinya Bagaimana?
Kenali Saham Overvalued, Masih Layak Beli atau Tidak?
Begini Cara Baca Tren Untuk Tahu Harga Saham Naik atau Turun
|